RSUD Abdul Moeloek Bongkar Pasang SDM Serta Tak Ada Lagi Titipan, Semua Harus Lewat Uji Kompetensi
Kompastuntas.com— Bandar Lampung, angin perubahan mulai berembus di tubuh Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Lampung. Setelah pergantian pucuk pimpinan dari Dr. Lukman Pura, kini Plt Direktur Imam Ghozali mengambil langkah berani: membongkar ulang manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang selama ini menjadi titik lemah dalam pelayanan rumah sakit plat merah tersebut.
Dalam keterangannya kepada media, Imam Ghozali menyatakan pembenahan total SDM menjadi prioritas dalam program 100 hari kerjanya. Ia tak segan mengakui bahwa kinerja rumah sakit kerap mendapat sorotan tajam dari publik, terutama terkait buruknya pelayanan dan dugaan adanya praktik titip-menitip jabatan.
“Kita harus ubah kultur lama. Tidak ada lagi istilah senior-junior, tidak ada lagi jabatan titipan. Semua harus melalui proses uji kelayakan. Yang punya kompetensi, itulah yang akan menempati posisi strategis,” tegas Imam, Kamis (19/6).
Proses fit and proper test kini tengah berlangsung. Semua calon pejabat struktural, dari level manajer hingga kepala ruangan, diwajibkan mengikuti serangkaian tahapan evaluasi yang ketat. Imam menegaskan bahwa hasil tes tersebut akan menjadi satu-satunya acuan dalam penempatan posisi.
“Objektivitas adalah harga mati. Kita tidak ingin lagi ada keluhan publik karena pelayanan buruk yang bersumber dari SDM yang tidak kompeten,” ujarnya.
Langkah ini merupakan sinyal tegas bahwa RSUDAM tak lagi bisa dijadikan tempat bermain politik jabatan atau kepentingan kelompok. Imam menempatkan reformasi birokrasi di tubuh rumah sakit sebagai langkah krusial untuk mendongkrak kualitas layanan kesehatan di Bumi Ruwa Jurai.
Dalam pandangannya, manajemen SDM adalah jantung dari pelayanan rumah sakit. Tanpa tenaga yang profesional, disiplin, dan bertanggung jawab, seluruh sistem layanan akan lumpuh.
“Kami ingin menciptakan iklim kerja yang sehat, profesional, dan berbasis meritokrasi. Jika SDM-nya benar, maka pelayanan otomatis akan membaik,” jelasnya.
Imam Ghozali juga menyiratkan bahwa reformasi ini bukan hanya soal tes, tapi juga pembenahan kultur kerja yang selama ini dibiarkan mengendap. Dengan membuka ruang kompetisi yang sehat, ia berharap dapat menghapus wajah lama RSUDAM yang sering dipenuhi keluhan, dari pasien hingga keluarga.
Langkah berani ini tentu menanti pembuktian. Namun publik kini berharap RSUDAM tak lagi sekadar nama besar, tapi benar-benar menjadi rumah sakit rujukan dengan pelayanan berkelas dan manusiawi. Dan semua itu, dimulai dari menata ulang siapa yang layak duduk di kursi-kursi strategisnya.
Editor : Hengki Utama