Lembah Hijau, Lembah Kematian: “Bakas”, Harimau Sumatera Agresif yang Berujung Tragis

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 8 November 2025 - 20:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembah Hijau, Lembah Kematian: “Bakas”, Harimau Sumatera Agresif yang Berujung Tragis

 

Kompastuntas.com— Bandar Lampung, Seekor harimau sumatera jantan bernama Bakas ditemukan mati di kandang perawatan Lembaga Konservasi (LK) Lembah Hijau, Bandar Lampung, Jumat (7/11). Satwa dilindungi dengan nomor ID 13 RL Male itu sebelumnya dievakuasi dari kawasan hutan Talang Kali Pasir, Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat, setelah disebut-sebut memangsa manusia.

Namun kematian Bakas justru menimbulkan gelombang kritik dari pemerhati lingkungan dan aktivis konservasi. Mereka menuding ada kelalaian dalam proses penanganan hingga berujung pada tewasnya satwa langka tersebut.

“Entah dengan standar ilmu yang mana harimau itu disebut pemangsa manusia. Ini tindakan ceroboh hingga menimbulkan kematian satwa dilindungi,” ujar pemerhati lingkungan, Ir. Almuhery Ali Paksi Koordinator Jaringan Kelola Ekosistem Lampung (JKEL), Jumat malam.

“Kemenhut harus turun langsung. Jangan hanya bisa mengaum di kantor,” tambahnya tajam.

Dari Evakuasi ke Kematian
Dalam siaran pers bernomor SP.1/K.10/TU/HMS.3/B/11/2025, BKSDA Bengkulu menjelaskan bahwa harimau Bakas sebelumnya telah menunjukkan perilaku agresif sejak proses evakuasi pada 29 Oktober 2025.

Saat ditangkap, tubuhnya penuh luka: bagian pangkal pinggang kiri atas sobek, ada bekas ikatan melingkar di pinggang, serta kehilangan dua jari pada kaki kanan depan.

Baca Juga :  Pembangunan Pos Kamling TMMD ke-124 di Pesisir Barat Capai 33%, Sinergi TNI dan Warga Makin Solid

Atas alasan keamanan, Bakas kemudian dipindahkan dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Lampung ke Lembaga Konservasi Lembah Hijau. Menurut BKSDA, perpindahan itu dilakukan untuk menjamin keselamatan masyarakat sekaligus memberi ruang perawatan yang lebih memadai.

Namun situasi berubah tragis saat proses pemindahan dari kandang angkut ke kandang perawatan. Harimau itu disebut menabrakkan diri ke dinding kandang berulang kali tiga kali secara berturut-turut. Pada benturan ketiga, tubuhnya terkulai, disusul kejang, lalu tak lagi menunjukkan respons.

Dokter hewan drh. Sugeng Dwi Hastono yang melakukan pemeriksaan menyimpulkan penyebab kematian adalah pendarahan otak akibat benturan benda tumpul yang menyebabkan kematian otak (brain death).

Diam-Diam di Lembah Hijau
Kabar kematian Bakas sempat tenggelam. Dua hari setelah kejadian, publik baru mengetahui peristiwa itu melalui bocoran informasi dari internal petugas. Aktivis menuding BKSDA, TNBBS, dan pengelola Lembah Hijau berusaha menutup-nutupi kematian tersebut.

“Ini bukan kematian pertama harimau sumatera di tempat itu,” kata Almihery. “Ada pola yang sama diam, lambat, dan seolah tak ada yang bertanggung jawab.”

Tudingan itu bukan tanpa dasar. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah satwa dilindungi yang dititipkan di fasilitas konservasi swasta di Lampung dilaporkan mati dalam kondisi mencurigakan. Transparansi penanganan pun kerap dipertanyakan.

Baca Juga :  “Kapolda Lampung Diganti, Irjen Helmy Diparkir ke Itwasum”

Duka dan Evaluasi
Dalam rilis resminya, BKSDA Bengkulu menyampaikan duka mendalam atas kematian Bakas dan berjanji memperbaiki fasilitas PPS serta meningkatkan keamanan bagi satwa agresif.

Namun janji semacam itu bukan hal baru. Kalangan pemerhati lingkungan menilai pemerintah cenderung reaktif hanya setelah muncul tekanan publik.

“Jika lembaga konservasi berubah menjadi lembah kematian, ini alarm keras bagi negara,” ujar Almihery.
Ia menegaskan, sudah waktunya pemerintah pusat turun langsung menyelidiki, bukan sekadar menerima laporan internal yang steril dari kritik.

Sisa Jejak Sang Raja Rimba
Kini tubuh Bakas telah diamankan di PPS Lampung, sementara penyelidikan resmi belum dimulai.
Di atas kertas, kematian itu disebut akibat “benturan benda tumpul.”

Namun di balik dinding kandang besi Lembah Hijau, publik menyimpan tanya: apakah benar Bakas mati karena dirinya sendiri, atau karena kelalaian manusia yang mengatasnamakan konservasi?

Satu hal yang pasti di tengah klaim perlindungan satwa, suara rimba kian sayup, dan harimau sumatera kembali kehilangan satu nyawa di tangan manusia.

Editor : Hengki Utama

Berita Terkait

Aktivis Germasi Desak Kejagung “Jangan Lindungi Mafia Hutan!”
Pemred Club Protes Pencabutan Akses Jurnalis CNN di Istana
“Kapolda Lampung Diganti, Irjen Helmy Diparkir ke Itwasum”
Lampung Sambut Pengetatan Impor Etanol dan Singkong: Harapan Baru Petani, Ujian bagi Industri
Harga Patokan Ubi Kayu: Aturan Ada, Pengawasan Nihil
PGK Lampung: Tindakan BNNP dalam Menetapkan Status Pengurus HIPMI Adalah Bentuk Abuse of Power
Pengurus IKA UNTIRTA Lampung Resmi Dilantik, Fokus BLK, UMKM, dan Pengelolaan Sampah
Mantan Ketum KOHATI Dipukul Polisi, BADKO HMI Malut Ultimatum Kapolres Halsel
Berita ini 50 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 20:29 WIB

Lembah Hijau, Lembah Kematian: “Bakas”, Harimau Sumatera Agresif yang Berujung Tragis

Selasa, 7 Oktober 2025 - 11:40 WIB

Aktivis Germasi Desak Kejagung “Jangan Lindungi Mafia Hutan!”

Senin, 29 September 2025 - 12:19 WIB

Pemred Club Protes Pencabutan Akses Jurnalis CNN di Istana

Jumat, 26 September 2025 - 11:22 WIB

“Kapolda Lampung Diganti, Irjen Helmy Diparkir ke Itwasum”

Minggu, 21 September 2025 - 07:50 WIB

Lampung Sambut Pengetatan Impor Etanol dan Singkong: Harapan Baru Petani, Ujian bagi Industri

Berita Terbaru

Uncategorized

Pendidikan Meningkat, IPM Lampung 2025 Sentuh Angka 73,98

Jumat, 7 Nov 2025 - 13:03 WIB