Klarifikasi Ketua Gepak Sebut Dijebak, Polisi Diminta Periksa Siapa Yuda Yang Memasukan Uang Kedalam Mobil
Kompastuntas—Bandar Lampung, Ketua Umum Gerakan Pembangunan Anti Korupsi (Gepak), Wahyudi, merasa dirinya dijebak dalam kasus dugaan pemerasan yang menyeret namanya. Ia membantah menerima “uang damai” dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Lampung, dan menuding ada rekayasa yang membuatnya ditangkap aparat kepolisian.
Bertempat di ruang Jatanras Polda Lampung, Wahyudi mengurai kronologi. Ia mengaku, pertemuan pertama dengan pihak RSUDAM berlangsung pada Jumat, 19 September 2025, di sebuah kafe di Mall Boemi Kedaton (MBK), Bandar Lampung.
Pertemuan itu, kata dia, digagas Kepala Bagian Umum RSUDAM, Sabaria Hasan, untuk membicarakan rencana demonstrasi terkait layanan rumah sakit.
“Demo yang rencananya digelar Senin, 22 September, sebenarnya sudah kami batalkan setelah berkoordinasi dengan Polresta Bandar Lampung. Jadi, tidak ada lagi agenda turun ke jalan,” ujar Wahyudi.
Namun, lanjutnya, dalam pertemuan itu justru muncul tawaran dari pihak RSUDAM. Sabaria, kata Wahyudi, menyodorkan opsi “uang damai” atau proyek sebagai bentuk penghentian aksi. Ia menegaskan menolak membicarakan tawaran tersebut.
“Prinsip saya sederhana: ingin bicara langsung dengan Dirut RSUD agar komunikasi terbuka,” katanya.
Menurut Wahyudi, setelah pertemuan itu, Sabaria kembali menghubunginya dan meminta pertemuan lanjutan. Ia mengutus rekannya, Fadly, hadir. Dari sinilah, tawaran “hubungan ikatan” berupa uang atau proyek kembali muncul dan kali ini, menurut Wahyudi, rekannya menyetujuinya.
Sehari kemudian, pada 20 September, Wahyudi dan Fadly kembali bertemu dengan Sabaria Hasan bersama seorang pria bernama Yuda. Ia bersikeras pertemuan itu tak membicarakan uang, melainkan obrolan biasa.
Namun selepas pertemuan, saat berjalan menuju mobil, Yuda tiba-tiba memasukkan kantong plastik hitam ke dalam mobil mereka. Tak lama berselang, aparat kepolisian bergerak menangkap keduanya di kawasan Sukabumi, Bandar Lampung.
“Prosesnya sangat cepat. Kami tidak tahu isi plastik itu apa, tahu-tahu polisi langsung membawa kami,” kata Wahyudi.
Ia menampik tuduhan yang menyebut dirinya melakukan pemerasan terhadap Kepala Dinas BPBD Lampung. Wahyudi bahkan balik mendesak polisi agar juga memeriksa pihak pelapor dan semua orang yang terlibat dalam pertemuan, termasuk pemberi uang. “Ada indikasi saya memang diincar. Ini yang perlu diungkap secara adil,” ujarnya.
Wahyudi pun mengingatkan media agar lebih berhati-hati. Menurutnya, pemberitaan yang tidak diverifikasi justru bisa merusak kredibilitas pers. “Konfirmasi itu wajib, sesuai Kode Etik Jurnalistik. Jangan hanya mengutip dari sepihak,” katanya.
Kasus ini menambah daftar panjang praktik “permainan damai” yang kerap muncul dalam relasi antara aktivis jalanan, birokrasi, dan aparat penegak hukum di daerah. Pertanyaan krusialnya: apakah penangkapan ini murni hasil operasi tangkap tangan, atau sekadar jebakan yang dipasang dengan pola lama uang plastik hitam di parkiran? Siapa Yuda yang melempar plastik berisi uang kedalam mobil Wahyudi? Ini jadi saksi kunci dari peristiwa ini.
Editor : Hengki Utama









