Skenario Keluarga: Bupati Lampung Tengah Diduga “Menjodohkan” Adik Ipar Jadi Sekda

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 7 Mei 2025 - 22:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Skenario Keluarga: Bupati Lampung Tengah Diduga “Menjodohkan” Adik Ipar Jadi Sekda

Skenario Keluarga: Bupati Lampung Tengah Diduga “Menjodohkan” Adik Ipar Jadi Sekda

Kompastuntas.com— Lampung Tengah, aroma nepotisme kembali tercium menyengat di tubuh birokrasi daerah. Kali ini, sorotan tajam tertuju pada seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lampung Tengah. Hari ini tanggal 07 Mei 2025, di tengah proses yang diklaim transparan dan berbasis merit, nama Welly Adi Wantra, S.STP., M.M.adik ipar Bupati Ardito Wijaya tiba-tiba mencuat sebagai kandidat unggulan. Skor nyaris sempurna dalam tahap administrasi dan rekam jejak menjadi alarm publik bahwa proses ini tak sekadar seleksi, tapi skenario yang sudah disusun rapi.

Pengamat pemerintahan daerah, Rosim Nyerupa, S.IP, secara tajam menyindir proses ini. “Kalau memang sudah diniatkan, kenapa tidak langsung dilantik saja? Tak perlu repot-repot menggelar seleksi yang hanya jadi formalitas,” cetusnya. Kritik bernada sarkastik itu menggambarkan kekecewaan terhadap dugaan kuat bahwa seleksi ini hanyalah panggung sandiwara birokrasi yang melegitimasi keputusan politik penuh konflik kepentingan.

“Meritokrasi” Rasa Keluarga

Welly, yang memperoleh 90 poin dalam verifikasi administrasi dan rekam jejak—tertinggi di antara lima kandidat—disebut-sebut mengungguli pesaing lain dengan margin mencolok. Padahal, para pesaingnya juga memiliki rekam jejak panjang dalam birokrasi. Ketimpangan ini menimbulkan pertanyaan: benarkah penilaian itu murni? Ataukah rekam jejak Welly bukan sekadar catatan karier, tapi juga silsilah keluarga?

Baca Juga :  Diduga Bupati Ardito Halalkan Nepotisme dan Transaksi Jabatan di Lampung Tengah

Jika benar, maka proses ini mencoreng prinsip merit-based recruitment yang menjadi fondasi tata kelola birokrasi modern. Dalam kerangka teori Political Economy of Corruption, praktik seperti ini merupakan bentuk korupsi non-finansial yang sangat merusak—menggerus kepercayaan publik, menyingkirkan kandidat potensial, dan menjadikan birokrasi sebagai ladang politik dinasti.

Birokrasi atau Dinasti?

Max Weber pernah memperingatkan bahaya birokrasi yang kehilangan rasionalitas karena dikooptasi oleh relasi personal. Ketika jabatan strategis seperti Sekda—yang menjadi otak administratif daerah—diserahkan kepada orang yang lebih terikat darah daripada integritas, maka birokrasi bukan lagi alat pelayanan publik, melainkan instrumen pelanggengan kekuasaan.

Rosim Nyerupa menyebut, praktik semacam ini tak sekadar melukai etika pemerintahan, tapi juga membuka pintu bagi institusionalisasi nepotisme. “Jika tak ada konsekuensi, dan masyarakat diam, maka nepotisme akan menjadi norma, bukan penyimpangan,” ujarnya.

Baca Juga :  Rosim Nyerupa Sebut Pelantikan Sekda Lamteng Sebagai Ritual Kekuasaan Resmikan Dinasti

Panggung Prosedural, Aktor Sudah Terpilih

Jika seleksi hanya berfungsi sebagai window dressing—permak legal-formal atas keputusan politis yang sudah “jadi”—maka publik layak marah. Panitia seleksi pun kini berada dalam sorotan. Independensi mereka bukan hanya diuji secara administratif, tetapi juga secara moral. Mampukah mereka berdiri tegak melawan intervensi kekuasaan? Atau justru tunduk, diam, dan menjadi bagian dari skenario?

Masyarakat Sipil Harus Bangun

Proses ini menjadi ujian bagi seluruh komponen demokrasi lokal, terutama masyarakat sipil. Pengawalan publik bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Karena jika jabatan strategis seperti Sekda ditentukan lewat jalur keluarga, maka yang dipertaruhkan bukan cuma satu kursi, tapi masa depan tata kelola pemerintahan Lampung Tengah.

Birokrasi tak boleh tunduk pada dinasti. Jika rakyat lengah, maka hari ini kita saksikan satu adik ipar naik pangkat. Besok, bisa jadi seluruh pemerintahan dijalankan oleh silsilah, bukan kapasitas.

Editor : Hengki Padangratu

Berita Terkait

Efisiensi Bukan Alasan Mati Gaya di Lampung Fest 2025
Bongkar Total BMBK Lampung, 29 Kursi Digoyang, Jalan Baru Dan Terang Taufiqullah Dimulai
Dua Buku Karya Sekdaprov Lampung Hadir di Perpustakaan JDIH, Dorong ASN Berintegritas dan Gemar Membaca
Eva Dwiana Kocok Ulang Pejabat, Tujuh Kursi Strategis di Pemkot Bandar Lampung Bergeser
“Pertanyaan Kritis Bikin Panik, Istana Minta Maaf”
“Bantuan Rp60 Miliar untuk Kejati, Akademisi Unila Ingatkan: Kritik Warga Itu Kontrol, Bukan Musuh”
Pemkot Balam, Anggarakan 60 M Untuk Kejati Lampung di Tengah Ancaman Air Lindi TPA Bakung
Sekdaprov Lampung Sambangi Keluarga Korban Pohon Tumbang, Warga Diminta Waspada
Berita ini 387 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 16 Oktober 2025 - 07:42 WIB

Efisiensi Bukan Alasan Mati Gaya di Lampung Fest 2025

Jumat, 10 Oktober 2025 - 21:00 WIB

Bongkar Total BMBK Lampung, 29 Kursi Digoyang, Jalan Baru Dan Terang Taufiqullah Dimulai

Senin, 6 Oktober 2025 - 16:14 WIB

Dua Buku Karya Sekdaprov Lampung Hadir di Perpustakaan JDIH, Dorong ASN Berintegritas dan Gemar Membaca

Senin, 6 Oktober 2025 - 16:00 WIB

Eva Dwiana Kocok Ulang Pejabat, Tujuh Kursi Strategis di Pemkot Bandar Lampung Bergeser

Selasa, 30 September 2025 - 08:21 WIB

“Pertanyaan Kritis Bikin Panik, Istana Minta Maaf”

Berita Terbaru

Uncategorized

Pendidikan Meningkat, IPM Lampung 2025 Sentuh Angka 73,98

Jumat, 7 Nov 2025 - 13:03 WIB