Derita Way Haru, Dalam Lingkaran TNBBS Salah Siapa

Avatar photo

- Jurnalis

Sabtu, 19 April 2025 - 19:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Way Haru Menjerit: Akses Jalan yang Tak Kunjung Tiba, Mewarnai Kehidupan dengan Derita

Oleh : Ansyori Ali Akbar
(Penikmat kopi Tanpa Gula)

Kompastuntas.com —Mentari sore menyisakan ufuk barat Pulau Sumatra, namun di pedalaman Way Haru, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, hanya gelap yang menyelimuti. Gelapnya bukan hanya karena senja, melainkan gelapnya nasib, gelapnya harapan, gelapnya masa depan. Di sinilah, di antara hamparan lumpur yang tak bertepi dan deburan ombak yang mengancam, terukir kisah pilu yang mengiris kalbu, kisah perjuangan hidup dan mati yang tak pernah usai, tragedi kemanusiaan yang bagai duri yang menusuk-nusuk hati nurani.

Bayangkan, udara pengap menyesakkan dada, seperti ribuan tangan tak kasat mata yang mencekik. Matahari membakar kulit, bagai bara api yang tak pernah padam. Seorang peratin Pekon (kepala desa), Rudi Meilano, terbaring lemah tak berdaya karena sakit. Bukan di ranjang empuk rumah sakit, melainkan di atas tandu seadanya, sebatang bambu dan kayu lapuk yang menjadi pengganti tempat tidur terakhir, bagai peti mati yang dibawa menuju peristirahatan terakhir. Enam jam lamanya, tubuhnya yang ringkih diusung warga, menempuh perjalanan 15 kilometer yang bagaikan perjalanan menuju alam baka, sebuah perjalanan yang setiap langkahnya dibayangi maut. Jalan berlumpur yang menjebak, sungai yang mengamuk bagai raksasa haus darah, dan pantai yang ganas siap menerjang, menjadi saksi bisu perjuangan mereka. Setiap langkah kaki adalah pertaruhan nyawa, setiap tetes keringat adalah air mata keputusasaan yang perlahan mengikis harapan, bagai tetesan air laut yang mengikis karang. Bayangan kematian membayangi setiap langkah, mengancam untuk mengakhiri perjalanan panjang menuju pertolongan.

Baca Juga :  Satgas TMMD Kodim 0422/Lampung Barat Bongkar Rumah Tidak Layak Huni Milik Bapak Tarwono, Tindak Lanjuti Perintah Kasad

Way Haru, bersama tiga pekon (desa ) tetangganya – Way Tias, Bandar Dalam, dan Siring Gading, terkurung dalam isolasi yang mencekik, bagai kurungan tanpa pintu di tengah samudra luas. Puluhan ribu jiwa hidup dalam keterbelakangan, jauh dari sentuhan pembangunan yang merata. Akses jalan yang layak hanyalah mimpi yang tak pernah terwujud, terhalang oleh status kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), bagai tembok tak terlihat yang memisahkan mereka dari dunia luar. Berkali-kali permohonan izin diajukan, namun hanya menghasilkan janji-janji kosong yang menguap ditelan angin, bagai debu yang tertiup angin kencang. Pemerintah seakan tuli dan buta terhadap jeritan mereka, terlalu sibuk dengan pembangunan di kota-kota besar, pembangunan yang merata hanyalah slogan kosong, bagai fatamorgana di padang pasir.

Bukan hanya Rudi Meilano yang merasakan nestapa ini. Setiap warga Way Haru berulang kali menghadapi risiko yang sama. Bayangkanlah seorang ibu yang harus menggendong bayinya yang sakit, berjalan kaki berjam-jam di tengah hujan dan badai, hanya untuk sampai ke puskesmas terdekat, bagai seorang pejuang yang bertempur melawan alam yang kejam. Bayangkanlah seorang kakek renta yang harus dibopong oleh cucunya yang masih kecil, menyeberangi sungai yang deras dan berbatu, dengan harapan tipis untuk bisa mendapatkan pertolongan, bagai lilin yang hampir padam. Setiap detik adalah pertaruhan nyawa, setiap langkah adalah perjuangan melawan maut, sebuah pertarungan melawan takdir yang kejam.

Setiap malam, di bawah langit gelap yang hanya diterangi cahaya bintang dan bulan, warga Way Haru menempuh perjalanan yang penuh bahaya. Arus sungai yang deras, ombak laut yang ganas, dan jalan yang gelap gulita menjadi tantangan yang harus mereka hadapi. Nyawa mereka dipertaruhkan setiap saat, namun mereka tetap berjuang demi keselamatan sesama. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang setiap harinya berjuang melawan keterbatasan dan keputusasaan, bagai pahlawan tanpa mahkota.

Baca Juga :  Suarakan Hutan! Gubernur Lampung Jawab Jeritan Aktivis LK21 dan GERMASI

Peratin Bengkunat Pekon Way Haru, Dian Setiawan, menceritakan dengan pilu kejadian yang berulang ini. Suaranya bergetar dan lirih di tenggorokan mencerminkan keputusasaan yang mendalam. Ia dan warga lainnya terus berharap akan adanya solusi dari pemerintah, sebuah jalan yang layak yang dapat menghubungkan mereka dengan dunia luar. Harapan yang sederhana, namun terasa begitu jauh untuk diraih, bagai bintang di langit malam yang tak terjangkau.

Kisah Way Haru bukanlah sekadar cerita tentang keterisoliran. Ini adalah jeritan hati nurani, sebuah tragedi kemanusiaan yang harus segera dihentikan. Ini adalah cerminan nyata kesenjangan pembangunan di Indonesia. Di tengah gempita pembangunan infrastruktur dan digitalisasi yang seringkali dibanggakan, masih ada saudara-saudara kita yang hidup dalam keterbelakangan, berjuang mati-matian hanya untuk mendapatkan akses kesehatan yang layak. Way Haru merintih, memohon uluran tangan, agar pembangunan tak hanya menjadi slogan, melainkan nafas kehidupan bagi mereka yang terpinggirkan. Semoga kisah ini menjadi pelajar bagi kita semua, untuk bersama-sama menciptakan Indonesia yang lebih adil dan merata, Indonesia yang tak melupakan saudara-saudaranya yang tertinggal. Semoga sayap-sayap harapan segera membentang di atas Way Haru, membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik, sebuah kehidupan yang layak dan bermartabat, sebuah kehidupan yang bebas dari penderitaan.

Editor : Hengki Padangratu

Berita Terkait

“Prabowo dan Empat Pulau: Menggugat Siapa yang Punya Hak Menyusun Ulang Sejarah”
Malam Terakhir Pelaksanaan TMMD ke-124, Kodim 0422/Lampung Barat Laksanakan Lembur untuk Penyelesaian Target
Semangat Kebersamaan TMMD ke-124, Kodim 0422/LB Gelar Turnamen Bola Voli bersama Warga Pekon Pemerihan, Kec. Bengkunat
DANSSK Berikan Motivasi dan semangat kepada Masyarakat Menjelang Penutupan TMMD ke-124 di Kec. Bengkunat, Pekon Pemerihan
Satgas TMMD ke-124 Kodim 0422/Lampung Barat Bangun Gorong-Gorong di Pekon Pemerihan
Sertu Mawardi Tampung Aspirasi Warga Saat TMMD ke-124 Kodim 0422/Lampung Barat di Pekon Pemerihan
QRIS BRI Dorong Kemajuan UMKM dan Kemudahan Transaksi Nasabah di Lampung
PWI Lampung Rayakan HUT ke-55 Tanggal 28 Mei 2025, Hadirkan Menko Pangan dan Menteri Pertanian
Berita ini 80 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 21:57 WIB

“Prabowo dan Empat Pulau: Menggugat Siapa yang Punya Hak Menyusun Ulang Sejarah”

Selasa, 3 Juni 2025 - 13:41 WIB

Malam Terakhir Pelaksanaan TMMD ke-124, Kodim 0422/Lampung Barat Laksanakan Lembur untuk Penyelesaian Target

Senin, 2 Juni 2025 - 13:33 WIB

Semangat Kebersamaan TMMD ke-124, Kodim 0422/LB Gelar Turnamen Bola Voli bersama Warga Pekon Pemerihan, Kec. Bengkunat

Minggu, 1 Juni 2025 - 11:46 WIB

DANSSK Berikan Motivasi dan semangat kepada Masyarakat Menjelang Penutupan TMMD ke-124 di Kec. Bengkunat, Pekon Pemerihan

Senin, 26 Mei 2025 - 12:45 WIB

Satgas TMMD ke-124 Kodim 0422/Lampung Barat Bangun Gorong-Gorong di Pekon Pemerihan

Berita Terbaru

Pemerintahan

Jangan Sebut Aku Anak Kecil, Paman: Namaku Marindo Kurniawan

Minggu, 15 Jun 2025 - 20:49 WIB