Rosim Nyerupa Tanggapi Sindiran Bupati, Pemimpin Harus Dewasa Dalam Demokrasi
Kompastuntas.com— Lampung Tengah, ketika pemimpin menyindir rakyatnya yang kritis. Sebenarnya dia sedang menunjukkan situasi yang sedang rapuh. Ia bukan sedang menunjukkan kekuatan, Melainkan ketidakmampuan untuk bersikap dewasa dalam demokrasi.
Pernyataan itu disampaikan oleh Aktivis Pemuda Lampung Tengah, Rosim Nyerupa merespon unggahan video TikTok Bupati Ardito yang tengah meninjau pembangunan jalan. Dalam video itu, sang Bupati menyisipkan kutipan dari Mahatma Gandhi: “Orang yang paling sibuk mengkritisi, Biasanya yang paling sedikit kontribusi”
Kutipan tersebut dinilai sebagai sindiran terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintah daerah. Rosim, yang dikenal vokal, menyatakan bahwa sikap alergi terhadap kritik bukanlah ciri kepemimpinan demokratis, bahkan bukan pula ciri kepemimpinan dalam tradisi Islam.
“Kritik adalah bagian dari kontribusi. Hanya pemimpin yang tidak siap diawasi yang merasa terganggu oleh suara kritis masyarakatnya. Tidak habis fikir aja, seorang Bupati kok responnya begitu. Katanya Lampung Tengah Berbenah, tapi ketika rakyat ikut membenahi lewat kritik, malah disindir seolah tak tahu diri. Kalau benar Lampung Tengah ingin berbenah, kritik adalah cermin, bukan musuh. Jangan pecahkan cermin hanya karena tak suka pantulan wajahnya” tegas Rosim dalam pernyataan persnya, Sabru (31/5).
Rosim menambahkan, Dalam teori kepemimpinan partisipatif, seorang pemimpin yang efektif adalah mereka yang mendorong keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Dalam pendekatan ini, kritik dipandang sebagai bagian dari umpan balik (feedback) yang esensial demi perbaikan kinerja.
Lebih jauh, Rosim mengaitkan hal ini dengan konsep musyawarah dalam Islam. Ia menekankan bahwa kepemimpinan dalam Islam bukanlah absolut, melainkan harus terbuka terhadap masukan dan koreksi.
Mantan Ketua SAPMA PP Bandar Lampung itu juga mencontohkan teladan pemimpin Islam seperti Umar bin Khattab.
Khalifah Umar bin Khattab sebagai teladan pemimpin yang tidak anti kritik. Dalam sejarah, Umar pernah ditegur oleh seorang perempuan saat menyampaikan pidato, karena pendapatnya tentang mahar. Umar tidak marah, justru ia mengakui kesalahannya dan mengakomodir kritik yang disampaikan rakyatnya.
“Itu contoh pemimpin sejati. Berani dikoreksi, tidak defensif, dan justru merasa terhormat ketika rakyat berani menyampaikan pendapat. Terlihat kelasnya beda sebagai pemimpin yang teladan, tanpa sungkan mengakui kekurangannya.” ujar Rosim.
Dalam tanggapannya, Rosim juga menyampaikan pesan reflektif yang kini mulai banyak dikutip warganet:
“Kemenangan tanpa kelapangan hati adalah awal kejatuhan yang lambat tapi pasti. Seorang pemimpin sejati tak sibuk menghabisi lawan, tapi menghidupkan ruang bagi semua.” Ujarnya.
Ia menilai bahwa menyindir pihak yang kritis melalui video publik justru menunjukkan sikap kepemimpinan yang rapuh dan tidak siap menghadapi dinamika demokrasi.
“Pemimpin yang alergi kritik itu masuk kategori otoriter. Dalam Islam maupun demokrasi modern, kekuasaan harus dikontrol. Jika kritik dianggap serangan, maka pemimpin itu sedang berjalan menuju isolasi politik,” tegasnya.
Rosim menegaskan bahwa kritik yang membangun tidak bertujuan menjatuhkan, tetapi menjaga agar pemimpin tetap berpijak pada kepentingan rakyat. Kritik bisa jadi vitamin bagi pemerintah untuk lebih semangat melakukan evaluasi dan proyeksi. Apalagi Bupati Ardito mengusung tagline Lampung Tengah Berbenah.
“Ktirik terhadap Seleksi Sekda Lampung Tengah misalkan, Inikan jelas indikasi Nepotisme dan Skenario yang dibangun. Kemudian kalau membangun jalan itu bagus, tentu diapresiasi. Tapi rakyat juga berhak bertanya: siapa yang kerjakan, berapa anggarannya, apakah mutunya benar? Kritik itu bagian dari kontrol sosial, bukan kejahatan. Apa maunya rakyat diam dan menyanjung pemimpinnya aja?” imbuh Rosim.
Rosim pun mengajak seluruh pejabat publik, khususnya kepala daerah, untuk kembali pada semangat kepemimpinan yang terbuka dan bertanggung jawab, sebagaimana diajarkan dalam ajaran agama maupun prinsip dasar pemerintahan yang baik.
Editor : Hengki Utama