Petani Lampung di Persimpangan Racun Cepat atau Harmoni Ekosistem

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 9 Agustus 2025 - 12:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Petani Lampung di Persimpangan Racun Cepat atau Harmoni Ekosistem

Kompastuntas.com— Pringsewu, setiap pagi, Sukarmin, 48 tahun, petani Desa Tritunggal Mulya, Kecamatan Adiluwih, tak pernah lupa mengisi tangki semprotnya dengan cairan pestisida. Baginya, racun kimia itu adalah senjata andalan cepat mematikan ulat dan kutu, mudah dibeli di kios, dan seperti memberi jaminan panen.

“Kalau telat semprot dua hari saja, habis sudah tanaman,” ujarnya.

Pola seperti Sukarmin masih mendominasi lahan-lahan sawah dan kebun di Lampung. Data nasional menunjukkan, penggunaan pestisida di Indonesia terus meningkat dalam tiga dekade terakhir. Pasar bahan aktif makin padat pada 2021, terdaftar lebih dari seribu merek insektisida dengan puluhan bahan aktif yang beredar.

Ketersediaan melimpah ini ikut mendorong penyemprotan berlebih, sering tanpa takaran tepat. Hasilnya, residu menumpuk di tanah dan air, sementara petani menghadapi risiko kesehatan iritasi kulit, gangguan saraf, hingga kerusakan mata.

Baca Juga :  Mantan Bendum Periode 2022-2025, Yuverdi Ardinata Serahkan Berkas Pendaftaran Ketua IJP

Melawan kebiasaan lama itu, tim pengabdian masyarakat Jurusan Proteksi Tanaman Universitas Lampung datang membawa alternatif. Pada 26 Juli 2025, mereka menggelar penyuluhan Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Berbasis Ekologi di rumah ketua kelompok.

Dipimpin Dr. Puji Lestari, tim ini memperkenalkan konsep konservasi musuh alami: predator, parasitoid, dan jamur entomopatogen yang memangsa hama secara alami.

Salah satu strateginya adalah membangun refugia di tepi lahan menanam kenikir, bunga kertas, dan bunga matahari untuk menyediakan pakan dan habitat bagi serangga bermanfaat. Pestisida kimia tidak dilarang, tapi dianjurkan hanya sebagai opsi terakhir, dengan dosis dan waktu tepat. “Dengan ekosistem seimbang, alam akan ikut menjaga pertanian kita,” kata Puji.

Metode ini bukan barang baru di Indonesia. Pada akhir 1980-an, pemerintah menjalankan program nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan Sekolah Lapang bagi petani. Hasilnya nyata: penggunaan pestisida di lahan padi turun drastis, hasil panen tetap stabil, dan petani lebih mandiri mengelola hama. Di Bantul, Gunung Kidul, hingga Sleman, praktik ini bertahan hingga bertahun-tahun setelah program berakhir.

Baca Juga :  UTB Lampung Adakan Diskusi Menghadir Ketua MK, Dengan Topik Putusan 135, dan Ujian Demokrasi Kita

Tantangannya, di Tritunggal Mulya, banyak petani masih ragu. “Kalau pakai cara alami, hasilnya kan nggak langsung kelihatan,” kata Sukarmin. Baginya, waktu adalah uang, dan setiap musim yang gagal bisa memutus dapur mengepul.

Para akademisi tahu mengubah kebiasaan tak bisa lewat ceramah sehari. Butuh bukti di lapangan, percobaan di lahan sendiri, dan kolaborasi antarpetani. “Kalau terus mengandalkan racun, tanah ini akan lelah, dan suatu hari kita tak punya pilihan,” ujar Puji mengingatkan.

Di persimpangan ini, pilihan petani Lampung menjadi taruhan masa depan tetap memegang botol racun, atau beralih merawat harmoni ekosistem demi ladang yang bertahan lebih lama daripada umur pestisidanya.

Editor : Hengki Utama

Berita Terkait

Antisipasi gerakan teroris dan Radikalisme GP Ansor Lamtim Hadirkan kepala BINDA Lampung dan Bupati Lamtim
Mahasiswa Diuji Tekanan, Webinar Ungkap Cara Mengelola Stres Akademik
Rapat Persiapan Hari Pangan Se-Dunia, Dapat Support Dari Alumni, Mahasiswa Dan OPD Terkait
Bupati Pringsewu Kawal Ketat Program MBG, Semua Akan Indah Pada Waktunya
Selamat, 149 Sarjana Baru Fakultas Pertanian Unila Siap Berkontribusi Untuk Negri
Potret Buram Pendidikan di Pulau Tabuan: Guru SMK Dibayar Rp150 Ribu, Sementara Tanggamus Punya 556 Guru SMK
Menag Resmikan Dua Fakultas Baru UIN RIL, Antara Ambisi dan Tantangan
Penguatan Literasi di Tubaba, Thomas Americo Ingatkan Guru Bangun Nalar Kritis Siswa
Berita ini 20 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 24 Oktober 2025 - 11:10 WIB

Antisipasi gerakan teroris dan Radikalisme GP Ansor Lamtim Hadirkan kepala BINDA Lampung dan Bupati Lamtim

Selasa, 14 Oktober 2025 - 15:07 WIB

Mahasiswa Diuji Tekanan, Webinar Ungkap Cara Mengelola Stres Akademik

Selasa, 7 Oktober 2025 - 15:43 WIB

Rapat Persiapan Hari Pangan Se-Dunia, Dapat Support Dari Alumni, Mahasiswa Dan OPD Terkait

Selasa, 7 Oktober 2025 - 11:56 WIB

Bupati Pringsewu Kawal Ketat Program MBG, Semua Akan Indah Pada Waktunya

Kamis, 18 September 2025 - 14:27 WIB

Selamat, 149 Sarjana Baru Fakultas Pertanian Unila Siap Berkontribusi Untuk Negri

Berita Terbaru

Uncategorized

Harganas 2025, Lampung Teguhkan Komitmen Bangun Keluarga Berkualitas

Selasa, 4 Nov 2025 - 16:52 WIB