Bupati Pringsewu Kawal Ketat Program MBG, Semua Akan Indah Pada Waktunya
Kompastuntas.com—Pringsewu, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi ikon pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mulai menguji keseriusan para kepala daerah. Di Kabupaten Pringsewu, Bupati H. Rianto memilih turun langsung ke lapangan bukan untuk berpidato, tapi menengok isi dapur.
Senin (7/10/2025), Rianto bersama unsur Forkopimda Kejaksaan Negeri, Polres, dan TNI meninjau dapur Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Dapur Sehat Berkah Rajendra Bang di Pekon Suka Mulya, Kecamatan Banyumas. Dapur ini dikelola oleh Ibu Hindiana Sava Husada di bawah naungan Yayasan Tuah Gizi Nusantara, salah satu mitra pelaksana program MBG di Lampung.
Bukan kunjungan simbolik. Rianto tampak membuka tutup panci, meneliti bahan pangan, dan mengamati cara tim dapur menyiapkan makanan bagi ratusan siswa penerima manfaat.
“Kami ingin memastikan seluruh dapur SPPG bersih, higienis, dan aman. Program MBG harus benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, menggunakan bahan pangan lokal, dan memberdayakan warga sekitar,” tegas Rianto, yang berlatar belakang pengusaha.
Bupati yang dikenal detail ini tampak tak sekadar mengejar laporan formal ke pusat. Ia tahu betul, keberhasilan program nasional sering kali kandas di pelaksanaan bahan makanan tak segar, distribusi tak tepat waktu, hingga praktik mark-up yang bersembunyi di balik jargon “bergizi”.
Di dapur Rajendra, menu hari itu sederhana tapi menggugah nasi daun jeruk, naget ayam, sayur wortel caisim, tahu goreng dan anggur. Semua bahan dibeli dari petani sekitar. “Kami berkomitmen menjaga kualitas, kebersihan, dan penggunaan bahan lokal agar manfaat ekonomi juga dirasakan warga,” ujar pengelola dapur, Rajendra, pemilik Dapur Sehat Berkah yang menaungi puluhan tenaga masak lokal.
Langkah Rianto yang melibatkan aparat penegak hukum dalam pengawasan dapur MBG juga memberi pesan politik yang tak samar: Pringsewu tak ingin program bergizi gratis berubah jadi ladang permainan anggaran.
“Program ini untuk anak-anak, bukan untuk memperkaya siapa pun,” kata Rianto, dingin namun tegas.
Pengawasan ketat ini membuat Pringsewu menonjol di antara daerah lain yang masih sibuk menata laporan dan menggelar rapat koordinasi. Di tengah birokrasi yang sering gemar berjanji, Rianto memilih jalan berbeda langsung ke dapur, memastikan centong tak berubah jadi alat politik.
Dari dapur sederhana di Suka Mulya, pesan itu mengalir pelan tapi jelas: program nasional hanya akan hidup jika dijalankan dengan niat bersih, bukan sekadar seremonial.
Editor : Hengki Utama









