Berhenti Menebar Kebusukan Dalam Dunia Akademik

Avatar photo

- Jurnalis

Selasa, 27 Mei 2025 - 09:38 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berhenti Menebar Kebusukan Dalam Dunia Akademik

Kompastuntas.com— Metro, Pernahkah Anda mendengar cerita tentang sebuah kota yang memiliki dua pedagang utama yang menjual produk unggulan mereka di pasar? Kedua pedagang ini sangat terampil dalam bidangnya. Pedagang pertama, dikenal karena produk-produk yang luar biasa dan berkualitas tinggi. Namun, karena ketulusan dan keterbukaannya, ia kurang pandai dalam berbicara atau memasarkan barangnya.
Ia lebih memilih membiarkan kualitas produknya yang berbicara. Pedagang kedua, sebaliknya, adalah seorang ahli dalam memasarkan barangnya. Ia selalu tampil meyakinkan, menggunakan kata-kata manis dan strategi pemasaran yang cerdas, meskipun produk yang dijualnya seringkali kurang berkualitas. Banyak orang yang tertarik membeli darinya hanya karena cara dia berbicara dan memikat pembeli dengan janji-janji besar.

Pada awalnya, pedagang kedua mendapatkan lebih banyak perhatian. Banyak pembeli yang tertarik dan memilih membeli dari pedagang ini karena kemampuannya membangun citra. Namun, seiring berjalannya waktu, kualitas produk pedagang kedua mulai terbukti buruk, dan pembeli mulai berpaling pada pedagang pertama. Pedagang pertama, meskipun kurang dikenal, tetap bertahan karena produknya yang baik, meskipun kadang-kadang terabaikan oleh mereka yang lebih tertarik pada pencitraan semata.
Anekdot ini menggambarkan bagaimana Pilrek (Pemilihan Rektor) sering kali menjadi ajang yang tidak hanya mengutamakan kualitas dan kompetensi seorang calon, tetapi juga dipenuhi dengan kebusukan yang merusak substansi dan tujuan dari pemilihan itu sendiri. Dalam banyak kasus, Pilrek lebih sering dijadikan tempat untuk mengadu citra dan reputasi calon, bukan fokus pada kualitas kepemimpinan dan kompetensi yang sesungguhnya. Sehingga, pemilihan rektor yang seharusnya menjadi langkah untuk meningkatkan kualitas pendidikan justru berubah menjadi ajang untuk merusak karakter, baik calon maupun institusi.

Baca Juga :  Pengerjaan Fisik TMMD ke-124 Kodim 0422/Lampung Barat Capai 50 Persen

Di dunia akademik, kebusukan ini sering kali datang dalam bentuk penyebaran gosip, pencemaran nama baik, atau serangan personal yang berfokus pada kelemahan atau kekurangan individu.
Alih-alih mendiskusikan visi dan misi calon, diskursus akademik sering teralihkan pada serangan terhadap karakter pribadi, latar belakang, atau bahkan masa lalu mereka. Proses ini menumbuhkan ketidakpercayaan dan kebencian yang justru merusak atmosfer akademik yang seharusnya didasari pada kebijakan, nilai-nilai intelektual, dan integritas. Pencitraan, meski dalam bentuk yang halus, dapat menjadi racun yang menyebar ke setiap sudut lembaga pendidikan, menggerogoti kualitas pemilihan yang ideal.
Filosofisnya, proses Pilrek yang sehat seharusnya berfokus pada mengangkat pemimpin yang dapat membawa perubahan nyata. Jika Pilrek hanya berputar pada kebusukan karakter dan serangan pribadi, maka kita hanya akan mendapatkan pemimpin yang lebih pandai memoles citra daripada yang benar-benar mampu memimpin dengan integritas dan visi yang jelas. Menggunakan taktik untuk menjatuhkan lawan demi kemenangan sesaat mengorbankan tujuan jangka panjang lembaga pendidikan.
Namun, ini bukan hanya masalah calon yang berkompetisi. Ini juga masalah kita sebagai masyarakat akademik. Kita harus berhenti mengizinkan kebusukan merusak atmosfer kita. Dunia akademik seharusnya menjadi tempat di mana kita dapat berdiskusi dengan ide-ide yang sehat, bukan dengan mengorbankan moralitas hanya demi memenangkan posisi. Pemilihan rektor, seharusnya tidak lagi menjadi medan perang untuk menjatuhkan karakter seseorang, tetapi menjadi ajang untuk memilih pemimpin yang mampu mengelola institusi dengan integritas, keterbukaan, dan kapasitas untuk merancang masa depan pendidikan yang lebih baik.

Baca Juga :  Sengketa Kadafi–YATBL, Ketika Narasi Hukum Bertabrakan dengan Politik Identitas dan Dinamika Keluarga

Filosofi dari pemilihan pemimpin, baik dalam Pilrek maupun dalam kehidupan sosial lainnya, adalah tentang memilih siapa yang terbaik dalam menciptakan perubahan yang bermakna, bukan siapa yang paling pandai berbicara atau paling pandai membangun citra. Maka dari itu, saat Pilrek datang, mari kita berhenti mengkonsumsi kebusukan. Mari kita memilih pemimpin yang tidak hanya mengandalkan popularitas, tetapi yang dapat memimpin dengan hati yang tulus dan visi yang membawa kemajuan. Dunia akademik kita layak untuk lebih baik daripada hanya terjebak dalam kebusukan yang datang dengan keinginan untuk mengalahkan sesama.

Saatnya kita membersihkan dunia akademik dari kebusukan, dan mulai memilih pemimpin dengan landasan kualitas, kompetensi, dan integritas yang sejati. Pilrek adalah kesempatan untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik, bukan untuk merusak karakter orang lain demi keuntungan sesaat.

Penulis : DR. Buyung Syukron, SAg., SS., MA

Editor : Hengki Utama

Berita Terkait

Kebersamaan TNI dan Warga Warnai Pembangunan Jalan di Pekon Pemerihan
“Total tuntutan 24 Tahun, Pengacara Terdakwa Korupsi PDAM Lampung minta Bebas”
HUT ke-55: PWI Lampung Ambil Bagian Wujudkan Ketahanan Pangan
Kampus Sebagai Ruang Bersama, Bukan Milik Kelompok Tertentu
Lampung Siap Kolaborasi Strategis dengan Shandong Tiongkok
Bersama TNI, Warga Pekon Pemerihan Wujudkan Jalan Impian Lewat TMMD ke-124
Ketua LSM KAKI Lampung Dituduh Otak Penggelapan Motor, Laporkan Balik Mantan OB ke Polresta
Perambah Liar di TNBBS Kembali Memicu Konflik Manusia dan Harimau, Seorang Petani Tewas di Mangsa
Berita ini 42 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 28 Mei 2025 - 21:06 WIB

Kebersamaan TNI dan Warga Warnai Pembangunan Jalan di Pekon Pemerihan

Rabu, 28 Mei 2025 - 20:21 WIB

“Total tuntutan 24 Tahun, Pengacara Terdakwa Korupsi PDAM Lampung minta Bebas”

Rabu, 28 Mei 2025 - 15:12 WIB

HUT ke-55: PWI Lampung Ambil Bagian Wujudkan Ketahanan Pangan

Rabu, 28 Mei 2025 - 11:22 WIB

Kampus Sebagai Ruang Bersama, Bukan Milik Kelompok Tertentu

Rabu, 28 Mei 2025 - 06:10 WIB

Lampung Siap Kolaborasi Strategis dengan Shandong Tiongkok

Berita Terbaru