Tanpa Perlawanan, Taufik Hidayat Kuasai KONI Lampung Lewat Aklamasi
Kompastuntas.com—Teluk Betung, arena perebutan kursi Ketua Umum KONI Lampung mendadak sepi dari persaingan. Faishol Djausal, satu-satunya penantang Taufik Hidayat, tiba-tiba mengundurkan diri beberapa jam sebelum pemilihan. Dengan begitu, Taufik ditetapkan sebagai Ketua KONI Lampung secara aklamasi tanpa debat, tanpa tanding, tanpa kompetisi.
“Setelah saya timbang-timbang, saya putuskan mundur. Alasannya, umur, kesehatan, waktu, dan yang paling penting, restu keluarga,” kata Faishol dalam pernyataan resminya, Kamis (26/6/2025). Namun bagi banyak kalangan, penjelasan itu terasa normatif, nyaris klise. Apalagi dalam dunia olahraga daerah yang tak lepas dari dinamika politik dan lobi-lobi kekuasaan.
Sinyal kompromi politik terlihat jelas saat Faishol menyebut bahwa lawannya, Taufik, adalah figur yang “bukan orang lain”, bahkan disebut telah mendapat “restu gubernur”. Kalimat itu membuka kotak Pandora bahwa arah kepemimpinan KONI Lampung telah lebih dulu ditentukan bahkan sebelum bursa calon dibuka.
“Dengan berat hati saya resmi mengundurkan diri. Tapi saya tetap akan bersama-sama membesarkan KONI,” ucap Faishol.
Pimpinan sidang Musorprov KONI Lampung, Sopian Sitepu, dengan cepat memanfaatkan momentum pengunduran itu. “Berdasarkan Pasal 15, jika calon hanya satu orang, maka ditetapkan secara aklamasi,” katanya. Penetapan berlangsung singkat, formalitas semata. Tak ada suara tandingan. Tak ada pertanyaan.
Dengan satu calon dan tanpa uji visi-misi yang substansial, organisasi olahraga tertinggi di Lampung kini berada sepenuhnya di tangan Taufik Hidayat. Sejumlah pegiat olahraga menilai, proses ini mencederai semangat demokrasi internal dan menunjukkan lemahnya transparansi dalam regenerasi kepemimpinan olahraga daerah.
Kepemimpinan yang diperoleh tanpa perlawanan, biasanya diwarnai dengan loyalitas yang dibeli, bukan dibangun. “Kalau pemilihan sudah dikunci dari awal, lalu di mana letak sportifitasnya?” sindir salah satu pengurus cabang olahraga yang enggan disebut namanya.
Pertanyaan kini menggantung apakah Taufik benar-benar akan membawa angin perubahan bagi KONI Lampung, atau justru melanjutkan pola-pola lama yang ditentukan oleh restu elite, bukan aspirasi komunitas olahraga?
Editor : Hengki Utama