Jakarta Pernah Dikepung Harimau Ketika Manusia Lebih Buas dari Predator

Avatar photo

- Penulis

Kamis, 31 Juli 2025 - 17:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta Pernah Dikepung Harimau Ketika Manusia Lebih Buas dari Predator

 

Kompastuntas.com— Jakarta, sibuk dengan kemacetan, polusi, dan deru mesin tapi kita lupa tanggal 29 Juli diperingati hari Harimau sedunia. Tapi ratusan tahun lalu, kota ini bukan soal beton dan jalan tol, melainkan rimba belantara. Di antara rimbunnya pepohonan dan suara alam yang menderu, harimau pernah menjadi penguasa sesungguhnya. Hari ini, Kita dipaksa mengingat bahwa sejarah kota ini tak lepas dari kisah perburuan paling brutal terhadap makhluk agung bernama harimau.

Kini, populasi harimau liar dunia tersisa sekitar 4.000 ekor. Sebuah angka tragis. Dan kita, manusia, adalah dalang utama di balik kemerosotan ini dari perburuan liar, perdagangan ilegal, hingga perusakan masif habitat demi tamak bernama investasi.

Batavia dan Ketakutan yang Diresmikan

Tak banyak yang tahu bahwa pada abad ke-17, Jakarta atau Batavia kala itu pernah menjadi medan perang antara manusia dan harimau. Sejarawan Peter Boomgaard dalam Frontiers of Fear (2001) mencatat betapa seringnya serangan harimau terjadi. Dari tahun 1633 hingga 1687, setidaknya 30 serangan harimau tercatat secara resmi.

Sebuah angka yang, menurut para sejarawan, hanyalah “permukaan dari gunung es”.

Ladang tebu menjadi titik panas serangan, sebab ladang ini tak hanya menyediakan semak rimbun untuk bersembunyi, tapi juga menyimpan banyak babi hutan, mangsa alami harimau. Namun ancaman bukan hanya di kebun. Jalan raya, bahkan rumah-rumah pun menjadi lokasi serangan. Pada tahun 1659, 14 orang tewas diterkam harimau di Ancol dalam waktu hampir bersamaan.

Bahkan kalangan Eropa pun tak luput. Louis van Brussel tercatat sebagai korban pertama dari Eropa yang tewas diterkam harimau pada tahun 1668. Fakta ini membuat pihak kolonial VOC mengubah pendekatannya dari bertahan, menjadi menyerang.

Perburuan Massal 800 Pemburu vs Harimau

Sejarawan Hendrik E. Niemeijer dalam Batavia Masyarakat Kolonial Abad XVII mencatat, pada tahun 1644, VOC mengerahkan 800 orang pemburu untuk membunuh harimau di sekitar Batavia. Mayat-mayat hewan buas itu dipamerkan di depan Balai Kota, sebagai simbol kuasa manusia atas alam.

Baca Juga :  Pengakuan Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Disidang ICC

Tak hanya pasukan bersenjata, masyarakat sipil juga diajak berburu. VOC memberi hadiah 10 ringgit per ekor jumlah besar kala itu, setara kebutuhan beras satu keluarga selama setahun. Insentif ini melahirkan euforia perburuan. Dari sekadar bertahan hidup, berubah menjadi bisnis darah.

Setiap tahun, lebih dari 50 harimau dibunuh hanya di sekitar Jakarta. Populasinya terdesak, hingga migrasi ke arah barat (Banten) dan selatan (Bogor) tak terelakkan.

Menurut Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS, guru besar Kebijakan Kehutanan IPB University, fenomena ini mencerminkan pola pikir antroposentris yang masih mengakar dalam pengelolaan alam.

“Manusia selalu merasa punya hak mutlak atas ruang hidup. Kita anggap harimau sebagai gangguan, padahal sebenarnya manusialah yang masuk ke wilayah mereka. Saat konflik muncul, solusinya selalu satu habisi. Ini bukan konservasi, ini kolonialisme ekologis,” ujarnya dalam diskusi konservasi predator besar di Bogor (2023).

Hariadi juga menekankan bahwa perburuan harimau masa lalu baik oleh kolonial maupun masyarakat lokal adalah bentuk kegagalan memahami dinamika ekosistem.

“Predator besar seperti harimau adalah penyeimbang rantai makanan. Hilangnya harimau menyebabkan ledakan populasi hewan pengerat dan babi hutan. Ini berdampak pada pertanian rakyat. Jadi ketika harimau punah, kita justru menuai bencana ekologis,” imbuhnya.

Baca Juga :  Charif Hamia Petinju Kelahiran Aljazair Rela Kalah Demi Nama Besar Negaranya

Dari Hutan Menjadi Beton, Siapa yang Sebenarnya Buas?

Perburuan tak berhenti di Batavia. Di seluruh Pulau Jawa, harimau diburu secara masif atas nama “perlindungan warga”. Namun riset antropolog R. Wessing dalam The Last Tiger in East Java (1995) menunjukkan motif sebenarnya ekspansi ekonomi kolonial. Hutan dibabat untuk tebu, kopi, karet. Habitat lenyap, konflik pun tak terelakkan.

Akibatnya, harimau Jawa subspesies endemik yang sangat langka terus menyusut. Dari 200–300 ekor pada 1940-an, hingga benar-benar punah pada awal 1980-an.

Hari ini, hanya tersisa cerita. Dan rasa bersalah yang tak cukup ditebus dengan peringatan tahunan.

Refleksi Hari Harimau Kita yang Menyerang Lebih Dulu

Hari Harimau Sedunia mestinya bukan seremoni. Tapi cermin besar untuk menatap diri. Bahwa dalam sejarah Jakarta, manusialah yang menyerbu hutan, mengobarkan perang satu arah, dan mengklaim kemenangan atas kehancuran.

Kini, saat harimau tinggal di sisa-sisa hutan Sumatra dan Kalimantan, pertanyaannya sederhana apakah kita masih ingin terus hidup di atas bangkai spesies lain?

Atau, barangkali saatnya kita menanggalkan topeng peradaban dan mengakui satu kebenaran pahit dalam kisah ini, manusia adalah predator paling buas.

Editor : Hengki Utama

Sumber Berita: cnbcindonesia.com

Berita Terkait

Aqsa Working Group (AWG) Kirim 3 Relawan ke Thailand untuk Aksi Global Sumud Flotilla
UE Kutuk Israel atas Tewasnya Lima Jurnalis Al Jazeera di Gaza
Terjadi Lagi! Interaksi Negatif Harimau-Manusia di TNBBS, Warga Lampung Barat Tewas Diserang
Ketegangan Thailand–Kamboja Membara Lagi Artileri Berat Bicara, Diplomasi Bungkam
Warga Pemalang Tewas Tragis Diduga Dimangsa Harimau di Perbatasan TNBBS Lampung Barat
Dugaan Perusakan Hutan Lindung di Sidomulyo Polisi Kehutanan Diminta Tak Hanya Selfie di Lokas
Israel Babak Belur, Perang 12 Hari yang Mengoyak Ekonomi dan Nurani
Isbedy Stiawan ZS Raih Juara II Sayembara Puisi Esai Antar Bangsa di Sabah
Berita ini 25 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 19 Agustus 2025 - 14:46 WIB

Aqsa Working Group (AWG) Kirim 3 Relawan ke Thailand untuk Aksi Global Sumud Flotilla

Selasa, 12 Agustus 2025 - 12:08 WIB

UE Kutuk Israel atas Tewasnya Lima Jurnalis Al Jazeera di Gaza

Jumat, 8 Agustus 2025 - 06:24 WIB

Terjadi Lagi! Interaksi Negatif Harimau-Manusia di TNBBS, Warga Lampung Barat Tewas Diserang

Kamis, 31 Juli 2025 - 17:33 WIB

Jakarta Pernah Dikepung Harimau Ketika Manusia Lebih Buas dari Predator

Sabtu, 26 Juli 2025 - 15:03 WIB

Ketegangan Thailand–Kamboja Membara Lagi Artileri Berat Bicara, Diplomasi Bungkam

Berita Terbaru

Uncategorized

Harganas 2025, Lampung Teguhkan Komitmen Bangun Keluarga Berkualitas

Selasa, 4 Nov 2025 - 16:52 WIB