Tiga Harimau Sumatera Mati, Aktivis Sebut Ada Upaya Tutupi Fakta dan Gagal Lindungi Satwa Langka

Avatar photo

- Penulis

Senin, 10 November 2025 - 07:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JKEL Desak Menteri Kehutanan Evaluasi Kinerja Pejabat Konservasi dan Cabut Izin Lembah Hijau

 

Kompastuntas.com— Bandar Lampung, desakan agar Menteri Kehutanan mengevaluasi pejabat konservasi di Lampung dan Bengkulu menguat, menyusul kematian tiga Harimau Sumatera dalam dua tahun terakhir.

Jaring Kelola Ekosistem Lampung (JKEL) menuding lemahnya pengawasan serta dugaan upaya menutup-nutupi fakta kematian satwa dilindungi di kawasan konservasi.

Dalam surat bernomor 047/JKEL/Lampung/XI/2025 yang dikirim ke Menteri Kehutanan c.q Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), JKEL menyebut Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu telah gagal menjalankan fungsi pengawasan terhadap keselamatan satwa liar, terutama Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).

“Sejak Kepala TNBBS masih merangkap jabatan sebagai Kepala BKSDA Bengkulu, sudah tiga ekor Harimau Sumatera yang mati dalam pengawasan mereka.

Dua di antaranya berasal dari kebun binatang Solo dan Solok, dan keduanya tidak pernah dijelaskan secara terbuka ke publik,” kata Koordinator JKEL, Ir. Almuhery Ali Paksi, dalam keterangan tertulis yang diterima, Minggu, 9 November 2025.

Baca Juga :  Gubernur Lampung Tegaskan, Jangan Ada Perambah Di Kawasan TNBBS

JKEL menilai penanganan konflik satwa liar di kawasan konservasi cenderung tidak transparan. Kasus terakhir, kematian Harimau Sumatera bernama Bakas di Lembah Hijau, menurut mereka juga sempat ditutupi dari publik.

“Ini bukan sekadar kelalaian administratif. Upaya merahasiakan kematian satwa dilindungi adalah bentuk pembodohan publik dan bukti gagalnya tata kelola konservasi,” ujar Almuhery.

Desakan Evaluasi dan Pencabutan Izin Lembah Hijau

Dalam pernyataan resminya, JKEL mendesak Kementerian Kehutanan melalui Dirjen KSDAE segera menurunkan tim independen untuk mengevaluasi kinerja pejabat konservasi, sekaligus meninjau ulang izin operasional Lembah Hijau, tempat di mana Harimau Bakas dipelihara sebelum mati.

JKEL menilai Lembah Hijau selama ini lebih berfungsi sebagai tempat hiburan rakyat daripada lembaga konservasi yang sesungguhnya. Mereka menemukan indikasi banyak satwa dalam kondisi tidak sehat dan tidak terurus dengan baik.

“Kondisi satwa di sana mengkhawatirkan. Banyak yang mengalami stunting, kurus, dan tidak mendapatkan pakan berkualitas.

Dengan jumlah pengunjung yang menurun, kami meragukan kemampuan lembaga itu memenuhi standar kesejahteraan satwa, terutama harimau dan gajah,” kata Almuhery.

Baca Juga :  Ketegangan Thailand–Kamboja Membara Lagi Artileri Berat Bicara, Diplomasi Bungkam

Sorotan atas Kinerja Konservasi di Daerah

Kematian tiga Harimau Sumatera ini menambah daftar panjang persoalan pengelolaan konservasi di wilayah Sumatera bagian selatan. Padahal, Harimau Sumatera merupakan spesies kunci yang menjadi indikator kesehatan ekosistem hutan tropis.

JKEL menegaskan bahwa negara tidak boleh abai terhadap tanggung jawab melindungi satwa langka yang tersisa. Mereka menilai sikap diam pejabat konservasi justru memperburuk citra pengelolaan satwa di Indonesia.

“Menjaga Harimau Sumatera berarti menjaga kehormatan bangsa di mata dunia. Kementerian Kehutanan harus tegas terhadap pejabat dan lembaga yang lalai,” kata Almuhery menutup pernyataannya.

JKEL berharap langkah cepat dari pemerintah bisa mencegah terulangnya kasus kematian satwa langka di lembaga konservasi yang justru seharusnya menjadi tempat perlindungan terakhir.

Editor : Hengki Utama

Berita Terkait

Aqsa Working Group (AWG) Kirim 3 Relawan ke Thailand untuk Aksi Global Sumud Flotilla
UE Kutuk Israel atas Tewasnya Lima Jurnalis Al Jazeera di Gaza
Terjadi Lagi! Interaksi Negatif Harimau-Manusia di TNBBS, Warga Lampung Barat Tewas Diserang
Jakarta Pernah Dikepung Harimau Ketika Manusia Lebih Buas dari Predator
Ketegangan Thailand–Kamboja Membara Lagi Artileri Berat Bicara, Diplomasi Bungkam
Warga Pemalang Tewas Tragis Diduga Dimangsa Harimau di Perbatasan TNBBS Lampung Barat
Dugaan Perusakan Hutan Lindung di Sidomulyo Polisi Kehutanan Diminta Tak Hanya Selfie di Lokas
Israel Babak Belur, Perang 12 Hari yang Mengoyak Ekonomi dan Nurani
Berita ini 12 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 10 November 2025 - 07:11 WIB

Tiga Harimau Sumatera Mati, Aktivis Sebut Ada Upaya Tutupi Fakta dan Gagal Lindungi Satwa Langka

Selasa, 19 Agustus 2025 - 14:46 WIB

Aqsa Working Group (AWG) Kirim 3 Relawan ke Thailand untuk Aksi Global Sumud Flotilla

Selasa, 12 Agustus 2025 - 12:08 WIB

UE Kutuk Israel atas Tewasnya Lima Jurnalis Al Jazeera di Gaza

Jumat, 8 Agustus 2025 - 06:24 WIB

Terjadi Lagi! Interaksi Negatif Harimau-Manusia di TNBBS, Warga Lampung Barat Tewas Diserang

Kamis, 31 Juli 2025 - 17:33 WIB

Jakarta Pernah Dikepung Harimau Ketika Manusia Lebih Buas dari Predator

Berita Terbaru

Uncategorized

Pendidikan Meningkat, IPM Lampung 2025 Sentuh Angka 73,98

Jumat, 7 Nov 2025 - 13:03 WIB